Kedewasaan, Senja dan Ngabuburit

Senja di Learnotel by Alwahono

Oleh: Alwahono

Sambil menanti saat-saat berbuka puasa kami memandang mata hari senja yang kemerah-merahan, tersaput awan, mengapung di cakrawala. Nun di kejauhan puncak Gunung Salak yang biru menjulang mulai memudar, tertelan mega-mega berarak. Hanya dalam beberapa menit lagi langit akan menjadi sunyi dari kepak burung, sementara orang-orang di perkampungan sana sibuk ngabuburit.

“Bukankah menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan,” celetuk Agung Budiarto, tiba-tiba. Dia adalah seorang konsultan safety mining senior yang kerap menemani kami berkumpul di Learnotel ini. Seperti gumpalan awan, kami memang kadang-kadang terpisah, kadang-kadang beriringan. Dilain waktu, bisa juga saling bertabrakan. Tapi di  bulan Ramadhan kali ini kami dipersatukan lagi oleh beberapa pekerjaan.

“Menurutmu bagaimana?” tanya saya kepada Nur Iskandar yang sedang berdiri, sibuk memotret langit. Lelaki itu lantas duduk di kursi rotan, di depan saya.

"Ya, dewasa itu juga bukan tentang berapa usia kita saat ini, tapi dewasa itu ditandai ketika kita bisa mengelola hidup dengan bijaksana, " ujarnya. Nur Iskandar baru beberapa hari tiba di Bogor. Dia adalah seorang teman lama, seorang jurnalis yang mengabdikan separuh dari usianya untuk menulis, selain tentu saja beribadah kepada Allah.

Tak hanya kami bertiga yang terlibat dalam percakapan ini. Ada juga Alexander Mering, seorang blogger, travel writer yang mencintai sastra. Ada juga staf sekretariat Asosiasi Profesi Keselamatan Pertambangan Indonesia (APKPI), Allsysmedia, dan 3 anak muda crew www.pintardaily.com. 

***

Marc & Angel ( 2007 ) pernah mengungkapkan kalau kedewasaan bukanlah terletak pada ukuran usia seseorang, tetapi pada tingkat kematangan emosional yang dimilikinya.  Karena itu secara biologis mungkin ada orang yang umurnya lebih tua dari kita, tetapi secara emosional dan spiritual ia masih seperti anak-anak. Ada pula seseorang yang usianya jauh lebih muda, namun mulai dari tutur kata, tindak-tanduk serta kepribadiannya lebih bijak dan dewasa.  

Hal tersebut dapat dilihat dari aksinya pada saat membuat keputusan-keputusan penting dalam hidup. Baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri, keluarga, lingkungan maupun masyarakat luas. 

Tak jarang kita menemukan orang di sekitar kita yang bertindak  grusa-grusu, egois, tidak sabaran dan selalu menyalahkan orang lain untuk membenarkan dirinya sendiri. 

“Kedewasaan tak ubahnya sepotong senja, ia tidak pernah mengusir awan yang menghalanginya di langit, senja selalu berdamai dengan hujan, membiarkan matahari melorot perlahan-lahan ke balik cakrawala tanpa sedikit pun mencela. Senja tak keberatan tuh jika malam lebih awal datang menyergap…,”  tambah Alexander Mering.

Dewasa itu apabila kita sudah bisa menerima satu sama lain. Persis seperti kami yang tengah mengitari tempat ini, sama-sama menanti bedug magrib sambil bercengkrama. Meski kami berbeda umur, berbeda jenis kelamin, Suku Ras dan Agama, dan bahkan mungkin berbeda pandangan politik. Sebab ada yang beragama Islam, ada Kristen dan Katolik, ada suku Dayak, Sunda, Jawa, Bugis, Betawi dan Melayu, bahkan Refan adalah anak seorang perwira TNI blasteran Manado-Batak. Kami juga berasal dari titik koordinat yang berbeda, tidak sama kabupaten maupun provinsi. Tapi kami berbahagia, dalam proses menjadi dewasa sebagai anak-anak kandung ibu pertiwi.

Dewasa adalah apabila kita sudah bisa berdamai dengan diri sendiri, dapat menerima orang lain yang berbeda. Dewasa adalah sikap Ikhlas, juga apabila kita sudah bisa menghapus air mata saat dihantam persoalan dan tegar menahan rasa sakit.

Dewasa itu cantik, dewasa itu anggun dan dewasa itu kharismatik. Dewasa juga adalah elegant sekaligus sebuah pilihan. Ya, kedewasaan adalah sebuah harmoni. Seperti senja yang tidak selalu jingga, lengkap dengan siluet kepak burung walet ketika waktu dan warna berkelindan di kejauhan, saat kami sama-sama mendengarkan indahnya bedug magrib, pertanda saatnya kita berbuka puasa di suatu senja, di bulan Ramadhan yang sendu, begitu syahdu di tepi langit.

 

Learnotel, 27 April 2021

LihatTutupKomentar
Cancel